Kabaristimewa.id, KALIMANTAN TIMUR – Kalimantan Timur berhasil mencatat stabilitas inflasi menjelang akhir tahun 2024. Meski demikian, pengamat ekonomi mengingatkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah (PR) untuk memastikan keseimbangan ekonomi di seluruh wilayah provinsi.
Data yang dirilis Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop UKM) Kaltim menunjukkan bahwa inflasi month to month pada November 2024 hanya 0,08 persen, lebih rendah dibandingkan angka nasional sebesar 0,30 persen. Sementara itu, inflasi year on year November 2024 terhadap November 2023 di Kaltim berada di angka 1,54 persen, sedikit lebih rendah dari angka nasional 1,55 persen.
Namun, stabilitas di tingkat provinsi tidak menjamin kondisi serupa di semua kabupaten/kota. Pengamat Ekonomi dari Universitas Mulawarman, Purwadi, menyebutkan adanya ketimpangan yang masih terjadi. “Lihatnya tidak bisa secara sepotong. Karena dari 10 kabupaten/kota, ada setiap tahun daerah yang inflasinya tinggi. Berau misalnya,” ujarnya, Senin, 30 Desember 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tertinggi di Kabupaten Berau sebesar 3,14 persen, sedangkan Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat inflasi terendah sebesar 0,90 persen. Menurut Purwadi, kondisi ini menuntut perhatian lebih dari pemerintah provinsi.
Ia menilai bahwa permasalahan utama di daerah dengan inflasi tinggi adalah distribusi barang dan akses infrastruktur yang buruk. “Iya kan jauh dari sumber bahan pangan. Apalagi di Kaltim antardaerah dipisahkan sungai, kalau darat, aksesnya juga belum oke. Distribusi barang dan jasa terhambat,” jelasnya.
Selain itu, Purwadi menyoroti kendala dalam pengelolaan dana dari pemerintah pusat dan provinsi. Dana untuk program pasar murah sering kali baru diterima di akhir tahun, sehingga menyulitkan pemerintah daerah dalam mengeksekusinya.
Ia menyarankan pemerintah provinsi mempercepat perbaikan infrastruktur serta menjamin distribusi barang yang merata di semua wilayah. “Infrastruktur dibenahi, jalan bagus bikin pengangkutan lebih lancar. Jangan sampai ngantri BBM dan solar, itu bikin barang sampai ke konsumen lebih mahal atau lebih lama,” pungkasnya. (*)
Penulis : Rachaddian (dion)