Kabaristimewa.id, NUNUKAN – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, telah memasuki tahap implementasi awal, tetapi realisasinya masih belum menjangkau siswa madrasah dan santri pondok pesantren. Kondisi ini menimbulkan berbagai harapan dari pihak terkait agar program yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak ini segera diperluas cakupannya.
Program MBG ini diluncurkan pertama kali pada Senin (6/1/2025) di Kecamatan Nunukan Selatan. Pada tahap awal, program tersebut menyasar 2.556 pelajar dari enam sekolah, mulai dari jenjang SD hingga SMA. Selanjutnya, program ini diperluas ke Kecamatan Nunukan pada Senin (13/1/2025), dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 3.340 siswa, termasuk dari jenjang PAUD hingga SMA. Data tersebut dirilis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan.
Namun demikian, program ini belum menyentuh madrasah dan pondok pesantren yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag). Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kemenag Nunukan, Muhammad Shaberah, ketika dikonfirmasi pada Senin (13/1/2025).
“Untuk MBG di lingkungan madrasah dan pondok pesantren di Kabupaten Nunukan, sampai saat ini belum ada titik terang kapan dimulai,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa hingga kini, pihaknya belum mendapatkan informasi terkait mekanisme pelaksanaan MBG bagi madrasah maupun ponpes. Hal ini masih menjadi tanda tanya besar, meskipun sudah ada panduan resmi yang diterbitkan oleh Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag RI melalui Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2024.
“Meskipun baru-baru ini Ditjen Pendis Kemenag RI menerbitkan Surat edaran Nomor 10 Tahun 2024 tentang panduan MBG bagi Ponpes, kita belum tahu kapan (pelaksanaannya). Dari mana sumber dananya, apakah dari pusat atau daerah,” imbuhnya.
Kabupaten Nunukan sendiri memiliki total 43 lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kemenag. Lembaga-lembaga ini mencakup jenjang Raudhatul Athfal (setara TK), Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, hingga pondok pesantren.
“Semoga saja segera ada kabar baik MBG bagi siswa Madrasah dan santri Ponpes yang jumlahnya 19 jutaan se-Indonesia,” kata Shaberah, penuh harap. (*)
Penulis : Rachaddian (dion)