Kabaristimewa.id, Kutai Kartanegara – Lingkungan pendidikan berbasis agama kembali diguncang oleh kabar miris. Pondok Pesantren Ibadurrahman di Kutai Kartanegara harus menghadapi skandal kekerasan seksual yang ternyata melibatkan anak kandung dari pimpinan ponpes. Fakta ini disampaikan secara terbuka oleh Elwansyah Elham saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPRD Kukar pada Selasa, 26 Agustus 2025.
Dalam forum tersebut, Elwansyah tidak membantah keterlibatan anaknya sebagai pelaku utama dalam kasus tersebut. “Dia anak didik, dia juga anak saya, anak kandung. Sehingga kita mengambilnya lebih tegas lagi untuk menjadi contoh bahwa di Ibadurrahman itu tidak ada hukum yang tebang pilih,” ucapnya dengan nada serius.
Pimpinan pesantren itu juga menjelaskan bahwa pelaku telah sepenuhnya dilarang melakukan aktivitas apa pun di dalam lingkungan pondok. Ia menegaskan bahwa akses anaknya terhadap kegiatan belajar-mengajar sudah dihentikan. “Sudah diblokir Pak, semuanya sudah diblokir. Semua aksesnya sudah ditutup,” ujar Elwansyah, merespons pertanyaan dewan.
Namun, ketika ditanya tentang kemungkinan pembekuan atau bahkan penutupan pondok pesantren, Elwansyah memilih untuk tidak mengambil sikap tegas. Ia menyatakan akan mengikuti proses dan dinamika yang sedang berjalan. “Untuk sementara ini kita mengikuti mekanisme, dinamikanya kita ikuti. Kita bersifat kooperatif, jadi kita menunggu, wait and see,” tambahnya.
Yang mengejutkan, kejadian serupa rupanya bukan kali pertama terjadi di ponpes tersebut. Elwansyah mengungkap bahwa pada tahun 2021 kasus dengan pelaku yang sama pernah mencuat, namun tidak berlanjut karena pelaku saat itu tidak mengakui perbuatannya. “Kita sudah ambil tindakan, bahkan sampai buat surat assessment, tapi jawabannya sama. Mediasi pun dia tidak jalani, akhirnya kita serahkan ke hukum supaya lebih jelas,” jelasnya.
Meski pimpinan pesantren itu menegaskan tidak ada upaya menutup-nutupi, publik menilai pengawasan internal di Ponpes Ibadurrahman sangat lemah. Adanya konflik kepentingan karena hubungan keluarga antara pimpinan dan pelaku turut dinilai menjadi alasan kasus ini tak ditangani secara maksimal. Kritikan mengalir deras terhadap lemahnya sistem perlindungan bagi santri.
Sebagai upaya menenangkan situasi, Elwansyah berjanji akan memperbaiki sistem pengawasan dan menjamin keamanan para santri. Ia mengatakan akan memperketat pengawasan di seluruh lini agar kejadian ini tidak terulang kembali. “Kami akan jamin anak-anak semua aman, nyaman, kondusif. Insya Allah pengawasan akan lebih kita ketatkan lagi,” tutupnya.
Publik kini menanti langkah konkret dari Kementerian Agama dan pihak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus yang menyeret lembaga keagamaan ini. Masyarakat mendesak agar hukum ditegakkan secara adil, tanpa pandang bulu, meski pelaku adalah anak dari pemimpin ponpes sendiri.








