Kabaristimewa.id, TENGGARONG – Di saat desa-desa sekitar berlomba-lomba mengeruk kekayaan dari tambang batu bara, Desa Tani Bhakti memilih jalur berbeda dengan fokus pada penanaman “emas hijau”.
Alih-alih tergoda oleh janji kekayaan instan dari tambang, desa ini tetap teguh menjaga warisan leluhurnya: sawah yang subur dan hijau.
“Batu bara memang menggiurkan, tapi padi adalah warisan!” tegas Muhammad Amin, Kepala Desa Tani Bhakti.
Di tengah persaingan antara tradisi dan modernitas, Amin dan warga desa menemukan solusi yang kreatif.
“Kenapa harus memilih? Kita bisa menggabungkannya!” katanya dengan penuh semangat.
Amin memiliki visi besar untuk menjadikan Desa Tani Bhakti sebagai lumbung padi yang mandiri. Bagaimana caranya? Dengan memadukan kearifan lokal dan teknologi modern. “Kita buktikan, pertanian bisa keren dan menguntungkan!” serunya.
Bagi warga Tani Bhakti, sawah bukan sekadar ladang. Sawah adalah simbol perjuangan dan kebanggaan. Mereka siap menghadapi segala tantangan untuk menunjukkan bahwa pertanian bisa bersaing dengan industri tambang.
“Kita akan buktikan bahwa masa depan Tani Bhakti tetap cerah dengan padi!” tandas Amin.
Semangat juang warga Desa Tani Bhakti patut diapresiasi. Mereka membuktikan bahwa kekayaan sejati bukan hanya soal uang, tetapi juga menjaga warisan dan ketahanan pangan.
Dengan pendekatan ini, Desa Tani Bhakti tidak hanya mempertahankan warisan budaya mereka tetapi juga menunjukkan bahwa pertanian dapat menjadi sektor yang berdaya saing tinggi.
Di tengah gemerlap tambang batu bara, Tani Bhakti menjadi bukti nyata bahwa ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan adalah kekayaan yang tak ternilai harganya.
(Adv/DiskominfoKukar)
Penulis : Reihan Noor