Kabaristimewa.id, Malang – Sejak didirikan pada tahun 1948, Ronde Titoni telah menjadi kuliner legendaris yang sangat digemari di Kota Malang, Jawa Timur. Awalnya, usaha ini dijajakan dengan cara berkeliling menggunakan pikulan oleh Abdul Hadi, pendiri Ronde Titoni, yang memulai usaha ini tiga tahun setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 1970, usaha ini kemudian menetap di depan Toko Titoni yang terkenal di Pasar Besar Malang, dan mulai dikenal lebih luas oleh masyarakat.
Kini, Ronde Titoni dapat dinikmati di sebuah warung sederhana yang berlokasi di Jalan Zainul Arifin No. 18, Klojen, Malang. Meskipun buka hanya dari pukul 18.00 hingga 24.00 WIB, warung yang menawarkan menu sederhana ini selalu ramai oleh pengunjung. Salah satu kunci utama yang membuat Ronde Titoni tetap eksis hingga saat ini adalah konsistensi rasa yang dipertahankan oleh generasi penerusnya.
Sugeng Prayitno, yang kini menjalankan usaha tersebut sebagai penerus generasi kedua, menyatakan bahwa ia selalu menjaga resep asli yang diturunkan oleh sang ayah. “Pelanggan mengatakan rasanya tidak berubah, dan saya memang berusaha mempertahankan itu,” ujar Sugeng. Tak jarang, pelanggan yang telah lama tinggal di luar kota kembali hanya untuk menikmati rasa yang sudah melekat di ingatan mereka.
Menu utama yang disajikan di Ronde Titoni adalah ronde basah dengan kuah jahe hangat serta ronde kering yang ditaburi gula bubuk dan kacang tumbuk. Kuah jahe yang digunakan memberikan cita rasa pedas khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Selain ronde, tersedia juga angsle, kacang kuah, roti goreng, dan cakwe, yang semakin melengkapi kenikmatan hidangan di warung ini. Harga menu yang ditawarkan berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 15.000.
Meskipun terkenal, Ronde Titoni tidak membuka cabang atau waralaba, serta tidak menjual produknya secara online. Sugeng menjelaskan bahwa ia sengaja menjaga eksklusivitas rasa dengan cara ini. “Rasanya akan lebih nikmat jika dinikmati langsung di tempat,” tambahnya.
Sebagai bagian dari pelestarian warisan keluarga, Sugeng kini mulai mengajarkan anaknya, Yusuf Risky, untuk meneruskan usaha Ronde Titoni. Ia berharap meskipun rasa tidak akan persis sama, anaknya tetap bisa menjaga kualitas dan keaslian rasa yang telah ada sejak pertama kali warung ini didirikan.
Sumber : https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/05/101051978/ronde-titoni-warisan-rasa-yang-terjaga-sejak-1948
Penulis : Arnelya NL