Kabaristimewa.id, Samarinda – Dua kali banjir besar yang terjadi di Kota Samarinda pada Mei 2025 menjadi sorotan tajam publik terhadap kepemimpinan Wali Kota Andi Harun. Pemerintah dianggap gagal menunjukkan progres nyata dalam menanggulangi bencana tahunan ini.
“Penanganan banjir saat ini cenderung stagnan dan tidak menunjukkan upaya konkret yang berkelanjutan,” ujar Rahmat Fathur Rahman, Wakil Presiden BEM FH Universitas Mulawarman, Minggu (1/6/2025).
Rahmat menambahkan bahwa banjir kali ini lebih parah karena mencakup wilayah yang lebih luas dan bahkan menyebabkan longsor di kawasan Gerilya hingga menimbulkan korban jiwa.
Sementara Pemkot sebelumnya telah menggulirkan proyek seperti folder air dan drainase, banyak yang dinilai gagal berjalan. “Folder air Damanhuri, misalnya, tak jelas kelanjutannya padahal anggaran dan lahan sudah disiapkan,” kata Rahmat.
Ia juga menyoroti minimnya transparansi dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut. Ketiadaan informasi membuat masyarakat semakin ragu terhadap keseriusan Pemkot dalam menanggulangi banjir.
Menanggapi bencana ini, Wali Kota Andi Harun menyebut fenomena banjir adalah dampak dari cuaca ekstrem tahunan. Namun, pernyataan ini dinilai sebagai pengalihan isu oleh sejumlah pihak.
Rahmat meminta Pemkot untuk segera menyusun roadmap penanganan banjir yang realistis dan kolaboratif. “Roadmap itu harus melibatkan akademisi, warga, dan pihak independen agar lebih transparan dan tepat sasaran,” ujarnya.
Menurutnya, masalah banjir harus menjadi prioritas lintas pemerintahan dan bukan disikapi sebagai hal yang wajar. “Jangan sampai setiap periode pemerintahan, masalahnya tetap sama, tidak ada kemajuan,” tutupnya.
Sumber : https://korankaltim.com/read/samarinda/79309/banjir-berulang-pemerintah-kota-samarinda-diminta-lakukan-evaluasi-serius-penanganan?page=2
Penulis : Arnelya NL
